Sepetak
langit mengintip di antara genting atap rumah yang sesak. Dari halaman, hanya
satu atau dua bentuk bintang yang akan tampak saat seseorang memandang ke atas.
Di atas sana hanya langit membayangi, dan sepetak langit tak pernah menjadi
istimewa. Namun, seorang gadis dan temannya sedang memandang bentangan langit
yang lebih lebar memayungi pulau garam. Di langit barat, bulan penuh
menggantung, menyinarkan sisa-sisa cahayanya yang semalam. Tiba-tiba datang
seorang lelaki membawa petasan,”nih katanya kamu mau petasan”, ujar Rifki.
Senin, 27 Mei 2013
Senin, 06 Mei 2013
AKU dan IAID
Nama saya Linda Sri Wulan Dini, saya
merupakan mahasiswi IAID Ciamis prodi PGMI. Menjadi Mahasiswa PGMI di IAID tidak pernah
terbayang sebelumnya, Setelah mempertimbangkan dari berbagai hal, lalu saya
putuskan untuk mendaftar ke IAID. Saya daftar ke IAID melalui PMDK, banyak
sekali teman – teman yang dari asal sekolah saya (MAN 2 CIAMIS) melanjutkan ke
IAID. Sehingga banyak orang yang sudah tak asing lagi di IAID ini.
Jumat, 03 Mei 2013
Makalah Aliran Pendidikan
BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Dari dulu sampai sekarang ini pendidikan merupakan hal yang
paling penting untuk membawa mereka kepada kehidupan yang lebih baik, dan
masalah sukses tidaknya pendidikan tidak lepas dari faktor pembawaan dan
lingkungan. Pembawaan dan lingkungan merupakan hal yang tidak mudah untuk di
jelaskan sehingga memerlukan penjelasan dan uraian yang tidak sedikit.
Telah bertahun-tahun lamanya para ahli didik, ahli biologi,
ahli psikologi dan lain-lain memikirkan dan berusaha mencari jawaban,
tentang perkembangan manusia itu sebenarnya bergantung kepada
pembawaan ataukah lingkungan. Dalam hal ini penulis akan memaparkan beberapa
pendapat dari aliran-aliran klasik, di antaranya aliran nativisme, naturalisme,
empirisme dan konvergensi, serta pengaruhnya terhadap pemikiran dan praktek
pendidikan di Indonesia, serta pandangan islam terhadap pendidikan.
B.RUMUSAN MASALAH
Apa pengertian Aliran Nativisme, Empirisme, Konvergensi,
Naturalisme, Progresivisme, Konstruktivisme.?
C.TUJUAN
Dalam pembahasan kali ini pemakalah mempunyai tujuan sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui pendapat aliran-aliran pendidikan.
2. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar Dasar Pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
A . Aliran Nativisme
Aliran nativisme (aliran pesimistik). Aliran nativisme menyatakan bahwa
perkembangan seseorang merupakan produk dari pembawaan yang berupa bakat. Bakat
yang merupakan pembawaan seseorang akan menentukan nasibnya. Aliran ini
merupakan kebalikan dari aliran empirisme. Orang yang “berbakat tidak baik”
akan tetap tidak baik, sehingga tidak perlu dididik untuk menjadi baik. Orang
yang “berbakat baik” akan tetap baik dan tidak perlu dididik, karena ia tidak
mungkin akan terjerumus menjadi tidak baik.
1. Tokoh tokoh
aliran nativisme
·
ArthurSchopenhauer
Dilahirkan di Danzig pada tanggal 22 Februari 1788.
Schopenhauer dibesarkan oleh keluarga pembisnis. Ia merupakan seorang jenius
dengan karyanya yang terkenal adalah The World as Will and Representation. Ia
mempunyai pandangan bahwa Pembawaanlah yang maha kuasa, yang menentukan
perkembangan anak. Lingkungan sama sekali tidak bisa mempengaruhi, apalagi
membentuk kepribadian anak. Perkembangan ditentukan oleh faktor pembawaannya,
yang berarti juga ditentukan oleh anak itu sendiri
· ImmanuelKant
Di lahirkan di Konigsberg pada 22 April 1724. Ia merupakan
filsof Jerman dan karyanya yang terkenal adalah Kritik der Reinen Vernunft. Ia
berpendapat bahwa :
1. Apa-apa yang
bisa diketahui manusia hanyalah yang dipersepsi dengan panca indra. Lain
daripada itu merupakan “ilusi” saja, hanyalah ide.
2. Semua yang
harus dilakukan manusia harus bisa diangkat menjadi sebuah peraturan umum. Hal
ini disebut dengan istilah “imperatif kategoris”. Contoh: orang sebaiknya
jangan mencuri, sebab apabila hal ini diangkat menjadi peraturan umum, maka
apabila semua orang mencuri, masyarakat tidak akan jalan.
3. Yang bisa
diharapkan manusia ditentukan oleh akal budinya. Inilah yang memutuskan
pengharapan manusia.
· Gottfried
Wilhemleibnitz
Merupakan filsuf Jerman yang lahir di Leipzig, pada 1 Juli
1646. Gottfried mempunyai pandangan bahwa perkembangan manusia sudah ditentukan
sejak lahir. Manusia hidup dalam keadaan yang sebaik mungkin karena dunian ini
diciptakan oleh Tuhan.
Aliran nativisme hingga kini masih cukup berpengaruh
dikalangan beberapa orang ahli, tetapi tidak semudah dulu lagi. Diantara ahli
yang dipandang sebagai nativis ialah Noam A. Chomsky kelahiran 1928, seorang
ahli linguistic yang sangat terkenal hingga saat ini. Chomsky menganggap bahwa
perkembangan penguasaan bahasa pada manusia tidak dapat dijelaskan semata-mata
oleh proses belajar, tetapi juga (yang lebih penting) oleh adanya “biological
predisposition” (kecenderungan biologis) yang dibawa sejak lahir.
Aliran ini berpendapat bahwa perkembangan manusia ditentukan
oleh faktor-faktor yang dibawa sejak lahir itulah yang menentukan
perkembangannya dalam kehidupan. Nativisme berkeyakinan bahwa pendidikan tidak
dapat mengubah sifat-sifat pembawaaan. Dengan demikian menurut mereka
pendidikan tidak membawa manfaat bagi manusia. Karena keyakinannya yang
demikian itulah maka mereka di dalam ilmu pendidikan disebut juga aliran
Pesimisme Paedagogis..
jawabkan.
B. Aliran Empirisme
Aliran empirisme (aliran optimisme).Aliran empirisme
mengutamakan perkembangan manusia dari segi empirik yang secara eksternal dapat
diamati dan mengabaikan pembawaan sebagai sisi internal manusia. Dengan kata
lain pengalaman adalah sumber pengetahuan, sedangkan pembawaaan yang berupa
bakat tidak diakui.
Manusia dilahirkan dalam keadaan kosong, sehingga pendidikan
memiliki peran penting yang dapat menentukan keberadaan anak. Aliran ini
melihat keberhasilan seseorang hanya dari pengalaman (pendidikan) yang
diperolehnya, bukan dari kemampuan dasar yang merupakan pembawaan lahir.Tokoh
utamanya John Locke (1632-1704). Nama asli aliran ini adalah “The School of
British Empircism” (aliran empirisme inggris). Namun, aliran ini lebih berpengaruh
terhadap para pemikir Amerika Serikat, sehingga melahirkan sebuah aliran
filsafat bernama “environmentalisme” (aliran lingkungan) dan psikologi bernama
“environmental psychology” (psikologi lingkungan) yang relatif masih baru
(Rober, 1988).
Doktrin aliran empirisme yang amat mashyur adalah “tabula
rasa”, sebuah istilah bahasa latin yang berarti batu tulis kosong atau lembaran
kosong (blank slate/blank tablet). Doktrin tabula rasa menekankan arti penting
pengalaman, lingkungan, dan pendidikan dalam arti perkembangan manusia itu
semata-mata bergantung pada lingkungan dan pengalaman pendidikannya, sedangkan
bakat dan pembawaan sejak lahir dianggap tidak ada pengaruhnya. Dalam hal ini
para penganut empirisme (bukan empirisme) menganggap setiap anak lahir seperti
tabula rasa, dalam keadaan kosong, tak punya kemampuan dan bakat apa-apa.
Hendak menjadi apa seorang anak kelak bergantung pada pengalaman/lingkungan
yang mendidiknya.Jika seorang siswa memperoleh kesempatan yang memadai untuk
mempelajari ilmu politik, tentu kelak ia akan menjadi seorang poliisi. Karena
ia memiliki pengalaman belajar di bidang politik, ia tak akan pernah menjadi
pemusik, walaupun orang tuanya pemusik sejati.
Tokoh- tokoh aliran ini adalah :
· Francis Bacon
Merupakan filsuf, negarawan, sekaligus penulis yang berasal
dari Inggris. Francis Bacion berpendapat bahwa "Untuk memahami dunia ini,
pertama orang mesti mengamatinya.Pertama, kumpulkan fakta-fakta.Kemudian ambil
kesimpulan dari fakta-fakta itu dengan cara argumentasi induktif yang logis
•Thomas Hobbes
Dilahirkan di Malmesbury (1588-1679). Hobbes berpendapat
bahwa filsafat adalah suatu ilmu pengetahuan tentang efek-efek atau
akibat-akibat berupa fakta yang dapat diamati. Segala yang ada ditentukan oleh
sebab tertentu, yang mengikuti hukum ilmu pasti dan ilmu alam.Yang nyata adalah
yang dapat diamati oleh indera manusia dan sama sekali tidak tergantung pada
rasio manusia(bertentangan dengan rasionalisme).
· John Locke
John Locke lahir di Bristol Inggris pada tahun 1632. Jonh
Lucke terkenal dengan teori tabularasanya. Pemikiran John termuat dalam tiga
buku pentingnya yaitu Essay Concerning Human Understanding (1600), Letters on
Tolerantion (1689-1692), dan Two Treatises on Government (1690). John
berpendapat bahwa anak yang baru dilahirkan dapat diumpamakan seperti kertas
putih yang belum ditulisi (a sheet of white paper avoid of all characters)
· DavidHume
David Hume lahir di Edinburgh pada 26 April 1711. Ia
merupakan filosof Skotlandia, ekonom, dan seorang sejarawan. David Hume
berpendapat bahwa seluruh pemikiran merupakan hasil dari pengalaman, yang
disebut dengan istilah persepsi. Persepsi terdiri atas kesan-kesan
(impressions), dan gagasan (ideas).
Aliran empirisme
dipandang berat sebelah, sebab hanya mementingkan peranan pengalaman yang diperoleh
dari lingkungan. Sedangkan kemampuan dasar yang dibawa anak sejak lahir
dianggap tidak menentukan, menurut kenyataan dalam kehidupan sehari-hari
terdapat anak yang berhasil karena berbakat, meskipun lingkungan sekitarnya
tidak mendukung.
Kelemahan aliran ini adalah hanya mementingkan pengalaman,
sedangkan kemampuan dasar yang di bawa anak sejak lahir, di kesampingkan.
Padahal ada anak yang berbakat dan berhasil meskipun lungkungan tidak terlalu
mendukung.
Aliran ini berpendapat bahwa perkembangan manusia itu
ditentukan oleh faktor lingkungan atau pendidikan dan pengalaman yang
diterimanya sejak kecil.
Manusia dapat dididik menjadi apa saja (kearah yang baik atau
kearah yang buruk) menurut kehendak lingkungan atau pendidik-pendidiknya.
Dengan demikian pendidikan diyakini sebagai sebagai maha kuasa bagi pembentukan
anak didik. Karena pendapatnya yang demikian, maka dalam ilmu pendidikan
disebut juga Aliran Optimisme Paedagogis. Tokoh aliran ini yaitu John Locke.
C. Aliran Konvergensi
Aliran konvergensi (convergence) merupakan gabungan antara
aliran empirisisme dengan aliran nativisme. Aliran ini menggabungkan arti
penting hereditas (pembawaan) dengan lingkungan sebagai factor-faktor yang
berpengaruh dalam perkembangan manusia.
Aliran filsafat yang dipeloporinya disebut “personali.
Tokoh-tokoh aliran ini adalah:
· WilliamStrern
William Strern lahir pada 29 april 1871, ia merupakan penemu
konsep intelligence quotient atau IQ. William berpendapat bahwa anak dilahirkan
dengan pembawaan baik maupun buruk. Baik buruknya seseorang tergantung dari
pembawaan dan lingkungan.
· Al Ghazali
Al Ghazali lahir pada tahun 450 H atau 1058 M di desa Thus.
Al Ghazali berpendapat bahwa batas awal berlangsungnya pendidikan adalah sejak
bersatunya sperma dan ovum sebagai awal kejadian manusia. Adapun mengenai batas
akhir pendidikan adalah tidak ada karena selama hayatnya manusia dituntut untuk
melibatkan diri dalam pendidikan sehingga menjadi insan kamil. Kemakmuran dan
kejayaan suatu bangsa sangat bergantung pada sejauhmana keberhasilan dalam
bidang pendidikan dan pengajaran. Selain itu, pengajaran dan pendidikan harus
dilaksanakan secara step by step.sme”, sebuah pemikiran filosofis yang sangat
berpengaruh terhadap disiplin-disiplin ilmu yang berkaitan dengan manusia. Di
antara disiplin ilmu yang menggunakan asas personalisme adalah “personologi”
yang mengembangkan teori yang komprehensif (luas dan lengkap) mengenai
kepribadian manusia (Rober, 1988).
Berdasarkan uraian mengenai aliran-aliran doktrin filosofis yang
berhubungan dengan proses perkembangan diatas, penyusun pandangan bahwa factor
yang memengaruhi tinggi rendahnya mutu hasil perkembangan siswa pada dasarnya
terdiri atas dua macam:
· Faktor
Internal yaitu faktor yang ada dalam
diri siswa itu sendiri yang meliputi pembawaan dan potensi psikologis tertentu
yang turut mengembangkan dirinya sendiri.
· Faktor
Eksternal yaitu hal-hal yang datang atau ada diluar diri siswa yang meliputi
lingkungan (khususnya pendidikan) dan pengalaman berinteraksi siswa tersebut
dengan lingkungannya.
Penganut aliran ini berpendapat bahwa dalam proses
perkembangan anak, baik factor pembawaan maupun factor lingkungan sama-sama
mempunyai peranan yang sangat penting. Bakat yang dibawa pada waktu lahir tidak
akan berkembang dengan baik tanpa adanya dukungan lingkungan yang sesuai untuk
perkembangan bakat itu. Sebaliknya, lingkungan yang baik tidak dapat
menghasilkan perkembangan anak yang optimal kalau memang pada diri anak tidak
terdapat bakat yang diperlukan untuk mengembangkan itu. Sebagai contoh, hakikat
kemampuan anak manusia berbahasa dengan kata-kata, adalah juga hasil
konvergensi.
Pendidikan diartikan sebagai pertolongan yang diberikan
lingkungan kepada anak didik untuk mengembangkan potensi yang baik dan mencegah
berkembangnya potensi yang kurang baik.
Yang membatasi hasil pendidikan adalah pembawaan dan
lingkungan. Aliran konvergensi pada umumnya diterima secara luas sebagai
pandangan yang tepat dalam memahami tumbuh-kembang manusia. Meskipun demikian,
terdapat variasi pendapat tentang factor mana yang paling penting dalam
menentukan tumbuh-kembang itu. Dari sisi lain, variasi pendapat itu juga
melahirkan berbagai pendapat/gagasan tentang belajar mengajar, seperti peran
guru sebagai fasilitator ataukah informator, teknik penilaian pencapaian siswa
dengan tes objektif atau tes esai, perumusan tujuan pengajaran yang sangat
behavioral, penekanan pada peran tknologi pengajaran (The Teaching Machine,
belajar berprogram, dan lain-lain). dan sebagainya.
D. Aliran Naturalisme
Nature artinya alam atau yang di bawa sejak lahir. Aliran ini
di pelopori oleh seorang filusuf Prancis JJ. Rousseau(1712-1778). Berbeda
dengan nativisme naturalisme berpendapat bahwa semua anak yang baru dilahirkan
mempunyai pembawaan baik, dan tidak satupun dengan pembawaan buruk. Bagaimana
hasil perkembangannya kemudian sangant di tentukan oleh pendidkan yang di
terimanya atau yang mempengaruhinya. Jika pengeruh itu baik maka akan baiklah
ia akan tetapi jika pengaruh itu jelek, akan jelek pula hasilnya. seperti
dikatakan oleh tokoh aliran ini yaitu J.J. Rousseausebagai berikut:”semua anak
adalah baik pada waktu baru datang dari sang pencipta, tetapi semua rusak di
tangan manusia”. Oleh karena itu sebagai pendidik Rousseau mengajukan
“pendidikan alam” artinya anak hendaklah di biarkan tumbuh dan berkembang
sendiri menurut alamnya, manusia atau masyarakat jangan banyak mencampurinya.
Rousseau juga berpendapat bahwa pendidikan yang di berikan
orang dewasa malahan dapat merusak pembawaan anak yang baik itu, aliran ini
juga di sebut negativisme.
Jadi menurut aliran ini pendidikan harus di jauhkan dari
anak-anak, seperti di ketahui, gagasan naturalism yang menolak campur tangan
pendidikan, sampai saat ini malahan terbukti sebaliknya pendidikan makin lama makin
di perlukan.
Tokoh aliran ini adalah J.J. Rousseau. la adalah filosof
Prancis yang hidup tahun 1712-1778. Naturalisme mempunyai pandangan bahwa
setiap anak yang lahir di dunia mempunyai pembawaan baik, namun pembawaan
tersebut akan menjadi rusak karena pengaruh lingkungan, sehingga aliran
Naturalisme sering disebut Negativisme.
Dalam aliran Naturalisme memiliki tiga prinsip tentang proses
pembelajaran dintaranya adalah :
a) Anak didik
belajar melalui pengalamannya sendiri. Kemudian terjadi interaksi antara pengalaman
dengan kemampuan pertumbuhan dan perkembangan didalam dirinya secara alami.
b) Pendidik hanya
menyediakan lingkungan belajar yang menyenangkan. Pendidik berperan sebagai
fasilitator atau narasumber yang menyediakan lingkungan yang mampu mendorong
keberanian anak didik ke arah pandangan yang positif dan tanggap terhadap
kebutuhan untuk memperoleh bimbingan dan sugesti dari pendidik. Tanggung jawab
belajar terletak pada diri anak didik sendiri.
c) Program
pendidikan di sekolah harus disesuaikan dengan minat dan bakat dengan menyediakan lingkungan belajar yang
berorientasi kepada pola belajar anak
didik. Anak didik secara bebas diberi kesempatan untuk menciptakan lingkungan
belajarnya sendiri sesuai dengan minat dan perhatiannya.
Aliran filsafat naturalisme didukung oleh tiga aliran besar
yaitu realisme, empirisme dan rasionalisme. Pada dasarnya, semua penganut
naturalisme merupakan penganut realisme, tetapi tidak semua penganut realisme
merupakan penganut naturalisme. Imam Barnadib menyebutkan bahwa realisme
merupakan anak dari naturalisme. Oleh sebab itu, banyak ide-ide pemikiran
realisme sejalan dengan naturalisme. Salah satunya adalah nilai estetis dan
etis dapat diperoleh dari alam, karena di alam tersedia kedua hal tersebut
Dimensi utama dan pertama dari pemikiran aliran filsafat
naturalisme di bidang pendidikan adalah pentingnya pendidikan itu sesuai dengan
perkembangan alam. Manusia diciptakan dan ditempatkan di atas semua makhluk,
karena kemampuannya dalam berfikir. Peserta didik harus dipersiapkan kepada dan
untuk Tuhan. Untuk itu pendidikan yang signifikan dengan pandangannya adalah
pendidikan ketuhanan, budi pekerti dan intelek. Pendidikan tidak hanya sebatas
untuk menjadikan seseorang mau belajar, melainkan juga untuk menjadikan seseorang
lebih arif dan bijaksana..
Naturalisme dalam filsafat pendidikan mengajarkan bahwa guru
paling alamiah dari seorang anak adalah kedua orang tuanya. Oleh karena itu,
pendidikan bagi penganut paham naturalis perlu dimulai jauh hari sebelum proses
pendidikan dilaksanakan. Sekolah merupakan dasar utama dalam keberadaan aliran
filsafat naturalisme karena belajar merupakan sesuatu yang natural, oleh karena
itu fakta bahwa hal itu memerlukan pengajaran juga merupakan sesuatu yang
natural juga. Paham naturalisme memandang guru tidak mengajar subjek, melainkan
mengajar murid.
Terdapat lima tujuan pendidikan paham naturalisme yang sangat
terkenal yang diperkenalkan Herbert Spencer melalui esai-esainya yang terkenal
berjudul “Ilmu Pengetahuan Apa yang Paling Berharga?”. Kelima tujuan itu adalah
(1) Pemeliharaan diri; (2) Mengamankan kebutuhan hidup; (3) Meningkatkan anak
didik; (4) Memelihara hubungan sosial dan politik; (5) Menikmati waktu luang.
Spencer juga menjelaskan tujuh prinsip dalam proses pendidikan beraliran
naturalisme, adalah (1) Pendidikan harus menyesuaikan diri dengan alam; (2)
Proses pendidikan harus menyenangkan bagi anak didik; (3) Pendidikan harus
berdasarkan spontanitas dari aktivitas anak; (4) Memperbanyak ilmu pengetahuan
merupakan bagian penting dalam pendidikan; (5) Pendidikan dimaksudkan untuk
membantu perkembangan fisik, sekaligus otak; (6) Praktik mengajar adalah seni
menunda; (7) Metode instruksi dalam mendidik menggunakan cara induktif;
(Hukuman dijatuhkan sebagai konsekuensi alam akibat melakukan kesalahan.
Kalaupun dilakukan hukuman, hal itu harus dilakukan secara simpatik.
E . Aliran
Progresivisme
Aliran ini berpendapat bahwa manusia mempunyai
kemampuan-kemampuan yang wajar dan dapat menghadapi serta mengatasi masalah
yang bersifat menekan, ataupun masalah-masalah yang bersifat mengancam
dirinya. Aliran ini memandang bahwa
peserta didik mempunyai akal dan kecerdasan. Hal itu ditunjukkan dengan fakta
bahwa manusia mempunyai kelebihan jika dibanding makhluk lain.
Manusia memiliki sifat dinamis dan kreatif yang didukung oleh
ke-cerdasannya sebagai bekal menghadapi dan memecahkan masalah. Peningkatan
kecerdasan menjadi tugas utama pendidik, yang secara teori mengerti karakter
peserta didiknya. Peserta didik tidak hanya dipandang sebagai kesatuan jasmani
dan rohani, namun juga termanifestasikan di dalam tingkah laku dan perbuatan
yang berada dalam pengalamannya. Jasmani dan rohani, terutama kecerdasan, perlu
dioptimalkan. Artinya, peserta didik diberi kesempatan untuk bebas dan sebanyak
mungkin mengambil bagian dalam kejadian-kejadian yang berlangsung di
sekitarnya, sehingga suasana belajar timbul di dalam maupun di luar sekolah.
Progresivisme berpendapat tidak ada teori realita yang umum.
Pengalaman menurut progresivisme bersifat dinamis dan temporal; menyala. tidak
pernah sampai pada yang paling ekstrem, serta pluralistis. Menurut
progresivisme, nilai berkembang terus karena adanya pengalaman-pengalaman baru
antara individu dengan nilai yang telah disimpan dalam kehudayaan. Belajar
berfungsi untuk :mempertinggi taraf kehidupan sosial yang sangat kompleks.
Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang eksperimental, yaitu kurikulum yang
setiap waktu dapat disesuaikan dengan kebutuhan.
Progresvisme merupakan pendidikan yang berpusat pada siswa
dan memberi penekanan lebih besar pada kreativitas, aktivitas, belajar
“naturalistik”, hasil belajar “dunia nyata” dan juga pengalaman teman sebaya
Tokoh-tokoh Progresivisme
1. William James (11 Januari 1842 – 26 Agustus 1910)
James berkeyakinan bahwa otak atau pikiran, seperti juga
aspek dari eksistensi organik, harus mempunyai fungsi biologis dan nilai
kelanjutan hidup. Dan dia menegaskan agar fungsi otak atau pikiran itu
dipelajari sebagai bagian dari mata pelajaran pokok dari ilmu pengetahuan alam.
Jadi James menolong untuk membebaskan ilmu jiwa dari prakonsepsi teologis, dan
menempatkannya di atas dasar ilmu perilaku.
2. John Dewey (1859 – 1952)
Teori Dewey tentang sekolah adalah “Progressivism” yang lebih
menekankan pada anak didik dan minatnya daripada mata pelajarannya sendiri.
Maka muncullah “Child Centered Curiculum”, dan “Child Centered School”.
Progresivisme mempersiapkan anak masa kini dibanding masa depan yang belum
jelas
3. Hans Vaihinger (1852 – 1933)
Hans VaihingerMenurutnya tahu itu hanya mempunyai arti
praktis. Persesuaian dengan obyeknya tidak mungkin dibuktikan; satu-satunya
ukuran bagi berpikir ialah gunanya (dalam bahasa Yunani Pragma) untuk
mempengaruhi kejadian-kejadian di dunia. Segala pengertian itu sebenarnya
buatan semata-mata; jika pengertian itu berguna. untuk menguasai dunia,
bolehlah dianggap benar, asal orang tahu saja bahwa kebenaran ini tidak lain
kecuali kekeliruan yang berguna saja.
· Pandangan
Progesivisme dan Penerapannya di Bidang Pendidikan
Anak didik diberikan kebebasan baik secara fisik maupun cara
berpikir, guna mengembangkan bakat dan kemampuan yang terpendam dalam dirinya,
tanpa terhambat oleh rintangan yang dibuat oleh orang lain, Oleh karena itu
filsafat progressivisme tidak menyetujui pendidikan yang otoriter. Sebab,
pendidikan otoriter akan mematikan tunas-tunas para pelajar untuk hidup sebagai
pribadi-pribadi yang gembira menghadapi pelajaran. Dan sekaligus mematikan daya
kreasi baik secara fisik maupun psikis anak didik.
filsafat progresivisme menghendaki jenis kurikulum yang
bersifat luwes
(fleksibel) dan terbuka. Jadi kurikulum itu bisa diubah dan
dibentuk sesuai dengan zamannya.Sifat kurikulumnya adalah kurikulum yang dapat
direvisi dan jenisnya yang memadai, yaitu yang bersifat eksperimental atau tipe
Core Curriculum.
Kurikulum dipusatkan pada pengalaman atau kurikulum
eksperimental didasarkan atas manusia dalam hidupnya selalu berinteraksi
didalam lingkungan yang komplek.
Progresivisme tidak menghendaki adanya mata pelajaran yang
diberikan terpisah, melainkan harus terintegrasi dalam unit. Dengan demikian
core curriculum mengandung ciri-ciri integrated curriculum, metode yang
diutamakan yaitu problem solving.
Dengan adanya mata pelajaran yang terintegrasi dalam unit,
diharapkan anak dapat berkembang secara fisik maupun psikis dan dapat
menjangkau aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor.
F . Aliran Konstruktivisme
Jean Piaget psikolog pertama yang menggunakan filsafat
konstruktivisme, teori pengetahuannya dikenal dengan teori adaptasi kognitif.
Menurut Piaget setiap organisme harus dapat beradaptasi dengan lingkungannya
untuk dapat bertahan hidup. Analog dengan hal tersebut manusia (siswa) pada
kenyataanya berhadapan dengan tantangan, pengalaman, gejala baru, dan persoalan
yang harus ditanggapinya secara kognitif. Maka siswa harus mengembangkan skema
pemikiran yang lebih umum atau rinci atau perlu perubahan, menjawab,
menginterpretasikan pengalaman tersebut. Dengan cara ini pengetahuan seseorang
terbentuk dan selalu berkembang.
Konstruktivisme menekankan perkembangan dan konsep dan
pengertian yang lebih mandalam, pengetahuan sebagai konstruksi aktif yang
dibuat siswa. Jika seseorang tidak aktif membangun pengetahuannya, meskipun
usianya tua tetap tidak akan berkembang pengetahuannya.
Pengetahuan berguna jika pengetahuan tersebut mampu
memecahkan persoalan yang ada. Pengetahuan merupakan proses yang terus
berkembang. ( Great News: 2008) Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan
gagasan yang baru, apa yang dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan
himpunan dan pembinaan pengalaman demi pengalaman. Ini menyebabkan seseorang
mempunyai pengetahuan dan menjadi lebih dinamis. Konstruktivisme didefinisikan
sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta suatu
makna dari apa yang dipelajari ( Wikipedia : 2008). Konstruktivisme adalah
suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern. (Whandi:2008).Senada
dengan pengertian sebelumnya Callahan juga mengatakan bahwa konstruktivisme
menginginkan adanya perbaikan kondisi manusia pada umumya ( Pidarta :2000).
Penerapan pendidikan dengan pola konstruktivisme diwujudkan
dengan mengajak siswa secara aktif membangun konsep-konsep kognitif. Guru tidak
sekedar memberi, namun siswa mencari secara aktif, dan mengembangkannya. Satu
contoh misalnya dalam pembelajaran sain. Siswa terlebih dahulu diajak untuk
mengamati fenomena-fenomena alam yang ada seperti pelangi, banjir, merebaknya
hama tanaman tertentu. Melalui fenomena yang ada, guru mengarahkan siswa untuk
mencari penyebabnya. Siswa menemukan sendiri penyebab terjadinya pelangi,
banjir ataukah hama.
Pengetahuan tidak berhenti sampai di sini, pengetahuan siswa
tentang penyebab terjadinya banjir, digunakan siswa untuk mencari solusi
pencegahan banjir yang banyak terjadi. Penerapan solusi pencegahan banjir,
memerlukan pengetahuan-pengetahuan yang baru, disinilah terlihat dinamikan
pengetahuan. Pengetahuan semakin berkembang pada diri siswa, dan dicari sendiri
secara aktif oleh siswa. Pengetahuan baru ini juga menciptakan perbaikan,
banjir berkurang. Dan pengetahuan baru jelas merupakan tindakan bermakna, sebab
memberikan manfaat pada perbaikan lingkungan.
· ciri-ciri
konstruktivisme dalam pembelajaran
1. Siswa aktif
membina pengetahuan berasaskan pengalaman yang sudah ada.
2. Siswa membina
sendiri pengetahuan
3. Proses
pembinaan pengetahuan pada siswa melalui proses saling mempengaruhi antara
pembelajaran yang terdahulu dengan pembelajaran yang terbaru
4. Membandingkan
informasi baru dengan pemahaman yang sudah ada
5.
Ketidak-seimbangan merupakan faktor motivasi pembelajaran yang utama
6. Bahan
pengajaran dikaitkan dengan pengalaman siswa untuk menarik minat belajarnya
Pembelajaran konstruktivisme sebaiknya melibatkan guru yang
konstruktif pula. Guru tidak hanya memberi pengetahuan kepada siswa, tetapi
guru membantu siswa membangun sendiri pengetahuan dalam benaknya, dengan
memberikan kesempatan siswa untuk menentukan atau menerapkan ide-ide mereka
sendiri. Guru memberikan kepada siswa anak tangga untuk membawa siswa kepada
pemahaman yang lebih tinggi dan siswa harus memanjat sendiri anak tangga
tersebut.
· Guru yang
konstruktivisme memiliki ciri- ciri:
1. Mendukung dan
menerima inisiatif dan otonomi siswa.
2. Mencari tahu
tentang pengertian siswa akan konsep yang diberikan sebelum membagi pengertian
mereka akan konsep tersebut.
3. Mendukung siswa
untuk terlibat dalam dialog, baik dengan guru atau sesama siswa.
4. Memberikan
pertanyaan terbuka untuk mendorong siswa bertanya.
5. Mencari
perluasan dari tanggapan siswa.
6. Mengajak siswa
terlibat dalam pengalaman yang mungkin bertentangan dengan hipotesa awal mereka
dan kemudian mendorongnya untuk diskusi.
7. Memberi waktu
bagi siswa untuk membentuk hubungan dan menciptakan metafora atau perumpamaan.
8. Mengembangkan
keinginan dari siswa dengan sering menggunakan model lingkaran belajar atau
siklus belajar.
Pendidikan dengan pola konstruktivisme, akan menciptakan
pengalaman baru yang menuntut aktivitas kreatif produktif dalam konteks nyata
yang mendorong siswa untuk berfikir dan berfikir ulang lalu mendemonstrasikan.
Siswa yang kreatif, akan mudah menyelesaikan persoalan-persoalan yang ada.
Tentunya ini akan berkaitan pula dengan kemampuannya menjawab soal-soal ujian
akhirnya. NEM akan meningkat, siswa putus sekolah akan berkurang. Pembelajaran
yang berorientasi pada permasalahan yang ada di lingkungan, dan selalu
mengikuti perkembangan, akan memperluas pandangan siswa, sehingga
pengetahuannya tidak terbatas pada apa yang didapat di kelas. Pengetahuannya
berkembang sesuai tuntutan zaman, sehingga pada saatnya nanti harus bekerja, aplikasi
ilmunya sesuai dengan apa yang diperlukan saat itu. Lulusan sekolah siap
bekerja, pengangguran akan berkurang.
1. Konstruktivisme Menurut J. Piaget
Teori perkembangan kognitif Piaget menyatakan bahwa kecakapan
kognitif atau intelektual anak dan orang dewasa mengalami kemajuan melalui
empat tahap (dalam Hudojo, 2003), yaitu sensori-motor (lahir sampai 2 tahun);
pra-operasional (2 sampai 7 tahun): operasi konkret (7 sampai 11 atau 12
tahun), dan operasi formal (lebih dari 11 atau 12 tahun). Dalam pandangan
Piaget pengetahuan didapat dari pengalaman, dan perkembangan mental siswa
bergantung pada keaktifannya berinteraksi dengan lingkungan (Slavin, 2000).
Pada tahap pra-operasional karakteristiknya merupakan
gerakan- gerakan sebagai akibat langsung. Pada tahap operasi konkret siswa
didalam berpikirnya tidak didasarkan pada keputusan yang logis melainkan
didasarkan kepada keputusan yang dapat dilihat seketika. Pada tahap operasi
konkret ditandai dengan siswa mulai berpikir matematis logis berdasar pada manipulasi
fisik dari obyek-obyek. Pada tahap operasi formal siswa dapat memberikan
alasan-alasan dengan menggunakan simbol-simbol atau ide daripada obyek-obyek
yang berkaitan dengan benda-benda di dalam cara berpikirnya. (Hudojo, 2003).
2. Konstruktivisme Menurut von Glasersfeld
Berkaitan dengan pembelajaran, von Glasersfeld (dalam Yackel,
Cobb, Wood, dan Merkel; 2002) menyatakan pandangannya sebagai berikut. Jika
mempercayai bahwa pengetahuan harus dikonstruksi oleh setiap individu yang
belajar, maka pembelajaran menjadi sangat berbeda dengan pembelajaran
tradisional yang meyakini pengetahuan ada di kepala guru dan guru harus mencari
cara untuk mentransfer pengetahuan tersebut kepada siswa. Pembelajaran menurut
konstruktivisme radikal memandang bahwa pengetahuan harus dikonstruksi oleh
individu. Jadi berdasar informasi yang masuk ke diri siswa, siswa aktif belajar
mengkonstruksi pengetahuan berdasar pengalaman sendiri. Hal ini, pada awal
penyerapan pengetahuan, dimungkinkan terjadinya perbedaan konsepsi antar siswa
terhadap hasil pengamatan.
Apa yang disampaikan guru belum tentu diterima siswa
sebagaimana apa yang diharapkan guru. Tugas guru utamanya bukan mentransfer
pengetahuan tetapi memfasilitasi kegiatan pembelajaran sehingga siswa memiliki
kesempatan aktif belajar dengan cara mengkonstruksi pengetahuan berdasar
pengalaman siswa sendiri. Dalam kegiatan pembelajaran guru perlu mempertimbang
adanya perbedaan tingkat konsepsi siswa terhadap apa yang yang diamati. Dalam
memahami suatu konsep sering terjadi konflik kognitif disebabkan oleh adanya
problematika perbedaan tingkat konsepsi akibat beragamnya pengalaman siswa.
Dalam hal seperti ini, guru perlu membuat kesepakatan-kesepakatan konseptual
misalnya melalui diskusi kelas.
3. Konstruktivisme Menurut Vygotsky
Psikolog Rusia Lev Semionovich (meninggal tahun 1934),
berkaitan dengan perkembangan intelektual siswa mengemukakan dua ide. Pertama
bahwa perkembangan intelektual siswa dapat dipahami hanya dalam konteks budaya
dan sejarah pengalaman siswa (van der Veer dan Valsiner dalam Slavin, 2000) dan
mempercayai bahwa perkembangan intelektual bergantung pada sistem tanda (sign
sistem) yang individu berkembang dengannya (Ratner dalam Slavin, 2000: 43).
Sistem tanda adalah simbol-simbol yang secara budaya diciptakan untuk membantu
orang berpikir, berkomunikasi, dan memecahkan masalah, misalnya budaya bahasa,
sistem tulisan dan sistem perhitungan.
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Aliran-aliran pendidikan telah dimulai sejak awal hidup
manusia,karena setiap kelompokmanusia selalu dihadapkan dengan generasi muda
keturunannya yang memerlukan pendidikan yang lebih baik dari orangtuanya.
Dari pemaparan di atas dapat di simpulkan bahwa aliran yang
sampai sekarang masih di anut oleh masyarakat adalah aliran konvergensi, karena
merupakan aliran yang menggabungkan antara aliran nativisme dan empirisme dan
juga merupakan aliran yang sempurna.
Sedangkan masyarakat Indonesia mayoritas juga menganut aliran
konvergensi
Di dalam proses belajar
pembelajaran , guru harus memilih teori yang sesuai dengan karakter siswanya
agar kesuksesan dapat tercapai dengan baik.dengan itu antar guru dan siswa akan
terbentuk suatu hubungan yang aktif dan interaktif.
DAFTAR PUSTAKA
Suwarno,wiji.2006.Dasar – Dasar Ilmu
Pendidikan.Yogyakarta:Ar-ruzz media Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan dengan
Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), cet,
15http://rimmu.wordpress.com/2010/02/08/Aliran Aliran
pendidikan.http://7assalam9.wordpress.com/2012/01/28/Aliran Aliran pendidikan
Ahmadi, Abu dan Nur Uhbiyati.2001.Ilmu Pendidikan.jakarta:PT
Rineka Cipta
Effendi, Mukhlisun.2008.Ilmu Pendidikan.Yogyakarta:Nadi
Offsethttp://kuwatpamuji.blogspot.com/aliran-filsafat-pendidikan/html Makalah Aliran Pendidikan