Jumat, 10 April 2015

Makalah teori psikologi perkembangan

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Teori adalah pernyataan-pernyataan tentang sebuah konsep yang tersusun secara integratif yang berpungsi sebagai acuan saat harus menyebutkan atau mendeskripsikan, membuat prediksi dan menjelaskan sebuah fenomena atau perilaku yang muncul. Pertanyaannnya adalah mengapa kita membutuhkan teori ? 

Maka jawabannya adalah karena teori dapat berfungsi sebagai kerangka berpikir, teori dapat memberi dasar dan alasan ketika melakukan intervensi dan tindakan nyata selain itu, teori dari teori kita juga dapat mengetahui apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan dan memberikan perlakuan yang lebih baik. Sedangkan Psikologi adalah salah satu disiplin ilmu yang berupaya menjelaskan perilaku manusia. Maka dari itu teori dalam hal ini sangatlah penting. Jadi dari latar belakang itulah kelompok kami akan membahas mengenai teori-teori yang berkaitan dengan psikologi perkembangan.
1.2  Rumusan Masalah
Adapun Rumusan Masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
a.       Bagaimana Psikologi Perkembangan menurut  teori aliran Psikoanalisis ?
b.      Bagaimana Psikologi perkembangan menurut teori aliran Behavioristik ?
c.       Bagaimana Psikologi perkembangan menurut teori aliran Humanistis ?
d.      Bagaimana Psikologi perkembangan menurut teori aliran Kognitif ?
1.3  Tujuan
Adapun Tujuan Penulisan dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
a.       Untuk Mengetahui Psikologi Perkembangan menurut  teori aliran Psikoanalisis
b.      Untuk Mengetahui Psikologi perkembangan menurut teori aliran Behavioristik
c.       Untuk Mengetahui Psikologi perkembangan menurut teori aliran Humanistis
d.      Untuk mengetahui Psikologi perkembangan menurut teori aliran Kognitif



BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Psikologi Perkembangan Menurut Teori Aliran Psikoanalisis
Aliran psikoanalisis dikomandani oleh Sigmund freud, beserta derivatnya. Aliran ini berasumsi bahwa energi penggerak awal perilaku manusia berasal dari dalam dirinya yang terletak jauh di alam bawah sadar. Sigmund freud, pendiri psikoanalis, merupakan ahli psikologi pertama yang memfokuskan perhatiannya kepada totalitas kepribadian manusia, bukan kepada bagian-bagiannya yang terpisah. Sigmund freud, berkeyakinan bahwa jiwa manusia juga memiliki struktur jiwa. Struktur jiwa ini meliputi tiga instansi atau sistem yang berbeda dan masing-masing sistem ini memiliki peran dan fungsi sendiri-sendiri. Ketiga sistem ini meliputi Id, Ego dan Superego.
A.    Id/Es
Sigmund freud mengumpamakan kehidupan psikis sesorang bak gunung es yang terapung-apung di laut. Hanya puncaknya saja yang tampak di permukaan laut, adapun bagian terbesar dari gunung ini tidak tampak, karena terendam dalam laut. Dalam pandangan freud, apa yang dilakukan manusia khususnya yang diinginkan, dicita-citakan , dikehendaki untuk sebagian besar tidak disadari oleh yang bersangkutan. Hal ini dinamakan ketaksadaran dinamis. Pada permulaan psikologi modern, kehidupan psikis diidentikan begitu saja dengan kesadaran. Pandangan ini dipelopori oleh sorang filsup Perancis, Rene Descrates (1596-1650) yang juga dijuluki bapak filsapat modern. Menurut Descrates, anggapan adanya aktivitas psikis yang tidak disadari merupakan sebuah kontradiksi. Hidup psikis sama dengan kesadaran. Dalam Id berlaku : bukan aku (subjek) pelakunya, melainkan ada yang melakukan dalam diri aku. Bagi freud, adanya id telah terbukti terutama melalui tiga cara.
Pertama, fenomena psikis yang paling jelas membuktikan adanya Id ialah mimpi. Pada saaat bermimpi, si pemimpi sendiri seolah-olah hanya merupakan penonton pasif. Ia bukan pelaku. Tontonan ini ditayangkan oleh ketaksadarannya. Dalam buku Penafsiran Mimpi (1900), bukunya yang pertama freud banyak membahas tentang mimpi. Kedua, bukti lainnya ialah jika dipelajari perilaku yang seperti biasa-biasa saja alias tak punya arti seperti perilaku keliru, salah ucap (keseleo lidah) dan lupa. Bagi freud, perilaku-perilaku ini bukan sesuatu yang kebetulan belaka, tetapi bersumber dari aktivitas psikis yang tak disadari. Misalnya ketua parlemen Austria pernah membuka sidang sambil berkata : Dengan ini sidang saya tutup, sembari mengetukan palu. Padahal maksudnya berkata buka, tetapi yang keluar dari mulutnya justru kata tutup. Mengapa demikian? Karena bagi sang ketua sidang hari ini cukup berat. Ia ingin agar sidang cepat selesai. Keinginan yang tak disadari ini mengakibatkan ia keseleo lidah. Ketiga, alasan paling penting bagi freud untuk menerima adanya alam tak sadar ini adalah pengalamannya dengan pasien-pasien  penderita neurosis. Secara pisiologis, pasien-pasien ini tidak mengidap kelainan apapun, namun secara fakta mereka mempunyai berbagai macam gejala aneh. Freud menemukan bahwa neurosis disebabkan oleh faktor-faktor tak sadar. Misalnya, seorang wanita muda berusia 21 tahun yang menderita histeria , yang oleh kebanyakan kita disebut kesurupan (histeria merupakan salah satu contoh dari neurosis). Untuk beberapa waktu, wanita ini tidak dapat minum air sama sekali. Untuk menghilangkan rasa hausnya, ia hanya makan buah-buahan saja. Kedaan ini berlangsung kurang lebih enam minggu. Freud menemukan bahwa penyakit neurosis dapat disembuhkan dengan jalan menggali kembali trauma psikis yang terpendam dalam ketaksadarannya.
Menurut freud, Id terdiri dari naluri atau insting-insting  bawaan (ksususnya naluri seksual), agresivitas dan keinginan-keinginan yang di refresh. Id adalah bagian kepribadian yang menyimpan dorongan biologis manusia, pusat insting (hawa nafsu, istilah dalam agama). Ada dua insting yang dominan yakni (1) Libido-Insting reproduktif yang menyediakan energi dasar untuk kegiatan-kegiatan manusia yang konstruktif ; (2) Thanatos-Insting destruktif dan agresif. Yang pertama disebut juga insting kehidupan (eros), yang dalam konsep freud bukan hanya meliputi dorongan seksual, tetapi juga segala hal yang mendatangkan kenikmatan seperti kasih ibu, pemujaan kepada Tuhan dan cinta diri, kemudian yang kedua adalah insting kematian.
Id bersifat egosentris, tidak bermoral dan tidak mau tahu dengan kenyataan. Id hanya melakukan yang disukai. Ia dikendalikan oleh prinsip kesenangan. Pada anak kecil kita dapat melihat bahwa perilaku mereka sangat dikuasai oleh berbagai keinginan. Untuk memmuaskan keinginan ini mereka tak mau ambil pusing  tentang masuk akal tidaknya keinginan tersebut. Selain ini, juga tidak peduli apakah pemenuhan keinginan itu akan berbenturan dengan norma-norma yang berlaku. Yang penting baginya ialah keinginannya terpenuhi dan ia memperoleh kepuasan. Demikianlah gambaran selintas tentang Id. Jadi yang menjadi pedoman dalam berfungsinya Id adalah menghindarkan diri dari ketidakenakan dan mengejar keeenakan. Untuk menghilangkan ketidakenakan ini Id mempunyai dua cara yaitu (1)  repleks dan reaksi- reaksi otomatis, (2) proses primer.
B.     Ego/Ich
Ego berfungsi menjembatani tuntutan Id dengan realitas di dunia luar. Egolah
yang menyebabkan manusia mampu menundukan hasrat hewani manusia dan hidup sebagai wujud yang rasional. Ketika Id mendesak Anda untuk menampar orang yang telah menyakiti Anda, Ego segera mengingatkan jika ini Anda lakukan, Anda akan diseret ke kantor polisi karena telah main hakim sendiri. Jika Anda menuruti desakan Id, Anda akan konyol. Jadi, Ego adalah aspek psikologis dari kepribadian yang timbul karena kebutuhan manusia untuk berhubungan secara baik denga dunia kenyataan. Jadi disinilah letak perbedaanya, Id hanya mengenal dunia subjektif (dunia batin) sementara Ego dapat membedakan sesuatu yang hanya ada dalam batin dan di dunia luar (dunia objektif, dunia kenyataan).
            Aktivitas Ego ini bisa sadar, prasadar atau tak disadari. Namun untuk sebagian besar ialah disadari. Contoh aktivitas Ego yang disadari adalah persepsi lahiriah dan persepsi batiniah (saya merasa sedih). Aktivitas prasadar dapat dicontohkan fungsi ingatan ( saya mengingat kembali nama teman yang tadinya telah saya lupakan). Adapun aktivitas tak sadar muncul dalam bentuk mekanisme pertahanan diri misalnya orang yang selalu menampilkan perangai tempramental untuk menutupi ketidakpercayaan dirinya, ketidakmampuannya atau untuk menutupi berbagai kesalahannya. Menurut preud tugas pokok Ego ialah menjaga intgritas pribadi dan menjamin penyesuaian dengan alam realitas. Selain itu, juga berperan memecahkan konflik-konflik dengan keinginan-keinginan yang tidak cocok satu sama lain.
C.     Superego/Uber-Ich
Superego adalah sistem kepribadian terakhir yang ditemukan oleh Sigmund
freud. Sistem kepribadian ini seolah-olah berkedududkan di atas Ego, karena itu dinamakan Superego. Fungsinya ialah mengontrol Ego. Ia selalu bersikap kritis terhadap aktivitas Ego, bahkan tak jarang menghantam dan menyerang Ego. Sigmund Freud berkata : sepanjang proses terbentuknya teori analitis, mau tidak mau harus kami akui adanya sistem kepribadian lain, yang telah melepaskan diri dari Ego. Kami menyebutnya Superego. Superego merupakan dasar moral dari hati nurani. Aktivitas Superego terlihat dari konflik yang terjadi dengan Ego, yang dapat dilihat dari emosi seperti rasa bersalah, menyesal juga seperti sikap observasi diri, dan kritik kepada diri sendiri. Konflik antara Ego dan Superego, dalam kadar yang tidak sehat, berakibat timbulnya emosi seperti rasa bersalah, menyesal dan rasa malu.
DINAMIKA SISTEM KEPRIBADIAN
Struktur kepribadian manusia menurut pandangan psikoanalisis terdiri dari Id, Ego dan Superego. Pertama, Id merupakan sisitem kepribadian yang Original, dimana ketika manusia ini dilahirkan ia hanya memiliki Id saja, karena ia merupakan sumber utama dari energi psikis dan tempat timbulnya insting. Kedua, Ego mengadakan kontak dengan dunia realitas yang ada di luar dirinya. Di sini, ego berperan sebagai “eksekutif” yang memerintah, mengatur, dan mengendalikan kepribadian, sehingga prosesnya persis seperti “polisi lalu lintas” yang selalu mengontrol jalannya Id, Superego dan dunia luar. Ketiga, superego adalah yang memegang keadilan atau sebagai filter dari kedua sistem kepribadian, sehingga tahu benar-salah, baik-buruk, boleh-tidak. Di sini Superego bertindak sebagai sesuatu yang ideal, yang sesuai dengan norma-norma moral masyarakat.
Pembentukan Kepribadian akibat mekanisme tersebut secara global yaitu : (1) apabila rasa Id-nya menguasai sebagian besar energi psikis itu, maka pribadinya akan bertindak primitif, implusif, dan agresif. (2) apabila rasa Ego-nya menguasai sebagian besar energi psikis itu, maka pribadinya bertindak dengan cara-cara yang realistis, logis, dan rasional. (3) apabila rasa Superego-nya menguasai sebagian besar energi psikis itu, maka pribadinya akan bertindak pada hal-hal yang bersifat moralitas, mengejar hal-hal yang sempurna yang kadang-kadang irasioanl.
DEFENCE MECHANISM
Defence mechanism atau mekanisme pertahanan diri, sebagian dari cara individu mereduksi perasaan tertekan, kecemasan, stress, ataupun konflik ialah dengan cara melakukan pertahanan diri baik yang ia lakukan secara sadar ataupun tidak. Jadi depence mecanism merupakan bentuk penipuan diri. Berikut ini beberapa mekanisme pertahanan diri yang biasa terjadi dan dilakukan oleh sebagian besar individu, terutama para remaja yang sedang mengalami pergulatan yang dahsyat dalam perkembangannya ke arah kedewasaan.
A.    Represi
Represi didefinisikan sebagai upaya individu untuk menyingkirkan frustasi, konflik batin, mimpi buruk, krisis keuangan dan sejenisnya yang menimbulkan kecemasan.

B. Supresi
Supresi merupakan suatu proses pengendalian diri yang terang-terangan ditujukan menjaga agar implus dan dorongan yang ada tetap terjaga.
B.     Reaction Formation (Pembentukan Reaksi)
Pembentukan reaksi ialah ketika dia berusaha menyembunyikan motif dan perasaan yang sesungguhnya, menampilkan ekspresi wajah yang berlawanan dengan yang sebenarnya.
C.     Fiksasi
Individu menjadi teriksasi pada satu tahap perkembangan karena tahap berikutnya penuh dengan kecemasan.
D.    Regresi
Regresi merupakan respons yang umum bagi individu bila berada dalam situasi frustasi, setidaknya pada anak-anak.
E.     Menarik Diri
Reaksi ini merupakan respons yang umum dalam mengambil sikap.
F.      Mengelak
G.    Denial (Menyangkal Kenyataan)
H.    Fantasi
I.       Rasionalisasi
Rasionalisasi sering dimaksudkan sebagai usaha individu untuk mecari-cari alasan yang dapat diterima secara sosial untuk membenarkan atau menyembunyikan perilakunya yang buruk.
J.       Intelektualisasi
K.    Proyeksi
APAKAH HATI NURANI = SUPEREGO?
Sebagian besar ahli berpendapat bahwa Superego tidak dapat disamakan dengan hati nurani. Alasan untuk tidak menyamakan keduanya adalah karena keduanya digunakan dalam konteks yang berbeda. Secara implisit ini dapat diperoleh bahwa Superego lebih digunakan dalam konteks psikoanalitis. Adapun hati nurani lebih digunakan dalam konteks etis. Aktivitas Superego untuk sebagian besar berada pada tataran tak disadari. Sebaliknya, hati nurani hanya dapat berfungsi pada wilayah sadar. Peranan hati nurani dalam kehidupan etis dapat fungsional hanya bila seseorang menyadari rasa bersalah dan tahu mengapa ia merasa bersalah. Tarap sadar merupakan keharusan supaya hati nurani dapat berfungsi dengan baik. Superego diasumsikan sebagai dasar psikologis bagi hati nurani atau lebih tepat diaktakan bahwa hati nurani merupakan salah satu unsur dalam Superego.
PSIKOSOSIAL
Menurut Erik Erickson (1963), perkembangan psikososial terbagi menjadi beberapa tahap. Masing-masing tahap psikosial memiliki dua komponen, yaitu komponen yang baik dan yang tidak baik. Perkembangan fase selanjutnya tergantung pada pemecahan masalah pada tahap masa sebelumnya. Adapun tahap-tahap perkembangan psikososial anak sebagai berikut:
1.      Pecaya Vs. Tidak Percaya (0-1 Tahun)
Apabila pada umur ini tidak tercapai rasa percaya dengan lingkungan, maka dapat timbul berbagai masalah. Rasa tidak percaya ini timbul bila pengalaman untuk meningkatkan rasa percaya kurang atau kebutuhan dasar tidak terpenuhi secara adekuat yaitu kurangnya pemenuhan kebutuhan fisik, psikologis dan sosial misalnya anak tidak mendapat respons ketika ia menggigit dot botol.
2.      Otonomi Vs. Rasa Malu dan Ragu (1-3 Tahun)
Perkembangan otonomi selam periode balita berfokus pada peningkatan kemampuan anak untuk mengontol tubuh, diri dan lingkungannya. Anak menyadari bahwa ia dapat menggunakan kekuatannya untuk bergerak dan berbuat sesuai dengan keinginannya. Peran lingkungan pada usia ini ialah memberiakn support/dorongan dan memberi keyakinan yang jelas.
3.      Inisiatif Vs. Rasa Bersalah (3-6 Tahun)
Anak mulai memperluas ruang lingkup pergaulannya, misalnya menjadi aktif di luar rumah, kemampuan berbahasa semakin meningkat. Bila tuntutan lingkungan misalnya dari orangtua atau orang lain terlalu tinggi atau berlebihan, maka dapat mengakibatkan anak merasa aktivitas atau imajinasinya buruk, akhirnya timbul rasa kecewa dan bersalah.
4.      Industri Vs. Inperioritas (6-12 Tahun)
Anak belajar untuk bersaing (sifat kompetitif). Kunci proses sosialisasi pada tahap ini adalah guru dan teman sebaya.
5.      Identitas Vs. Dipusi Peran (12-18 Tahun)
Tahap ini merupakan masa standarisa diri yaitu anak mencari identitas dalam bidang seksual, umum dan kegiatan. Peran orangtua sebagai perlindungan dan teman sebaya dipandang sebagai teman senasib, partner dan saingan.

2.2 Psikologi Perkembangan Menurut Teori Aliran Behavioristik
Teori belajar behavioristik menjelaskan belajar adalah perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur, dan dinilai secara konkret. Perubahan terjadi melalui rangsangan (stimulan) yang menimbulkan hubungan perilaku reaktip (respons) berdasarkan hukum-hukum mekanistik. Stimulan tidak lain adalah lingkungan belajar anak, baik yang internal maupun eksternal yang menjadi penyebab belajar. Adapun respons adalah akibat atau dampak, berupa reaksi terhadap stimulans.
1.      Teori Behavioristik
Mementingkan faktor lingkungan, menenkankan pada faktor bagian, menekankan pada tingkah laku yang tampak dengan menggunakan metode objektif, sipatnya mekanis dan mementingkan masa lalu.
2.      Edward Lee Thorndike (1874-1949): Teori Koneksionisme
Menurut Thorndike, belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus (S) dan respons (R). Stimulus adalah suatu perubahan dari lingkungan eksternal yang menjadi tanda untuk mengaktipkan organisme untuk beraksi atau berbuat, adapun Respons adalah sembarang tingkah laku yang dimunculkan karena adanya perangsang. Percobaan Thorndike yang terkenal dengan kucing yang telah dilaparkan dan di letakan dalam sangkar yang tertutup dan pintunya dapat dibuka secara otomatis apabila kenop yang terletak dalam sangkar ini tersentuh. Percobaan ini menghasilkan teori “trial and error” yaitu bahwa belajar itu terjadi dengan cara mencoba-coba dan membuat salah. Dalam melaksanankan coba-coba ini, kucing ini cenderung untuk meninggalkan perbuatan-perbuatan yang tidak mempunyai hasil. Gambaran tentang Stimulus dan Respons :
S      R       S1       R1       dst
Dari percobaan ini, Thorndike menemukan hukum-hukum belajar sebagai berikut :
1.      Hukum Kesiapan (law of readiness)
2.      Hukum Latihan (law of exercise)
3.      Hukum Akibat (law of effect)


  3.  Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936)
Pavlov mengadakan eksperimen menggunakan binatang (anjing) karena ia menganggap binatang memiliki kesamaan dengan manusia. Ia mengadakan percobaan dengan cara operasi leher pada anjing. Sehingga kelihatan kelenjar air liurnya dari luar. Apabila diperlihatkan sebuah makanan, maka akan keluarlah air liur anjing tesebut. Dari contoh tersebur dapat diketahui bahwa dengan menerapakan strategi Pavlov ternyata individu dapat dikendalikan melalui mengganti cara stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respons yang diinginkan, sementara individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya.
4.  Burrhus Prederic Skinner (1904-1990)
Skinner melakukan eksperimen tikus, skinner memasukan tikus yang telah dilaparkan dalam kotak yang disebut “skinner box”, yang telah dilengkapi berbagai peralatan yaitu tombol, alat pemberi makanan, penampung makanan, lampu yang dapat diatur nyalanya, dan lantai yang dapat dialiri listrik. Karena dorongan lapar tikus berusaha keluar untuk mencari makanan. Selama tikus bergerak ke san kemari untuk keluar dari boks, tidak sengaja ia menekan tombol, makanan keluar. Secara terjadwal diberikan makanan secara bertahap sesuai peningkatan perilaku yang ditunjukkan si tikus, proses ini disebut shapping.
5.  Robert Gagne (1916-2002)
Menurut Gagne guru harus mengetahui kemampuan dasar yang harus disiapkan. Belajar dimulai dari hal yang paling sederhana dilanjutkan pada yang kompleks sampai pada tipe belajar yang lebih tinggi. Prakteknya gaya belajar ini tetap mengacu pada asosiasi stimulus respons.
6. Albert Bandura ( 1925-masih hidup)
Karena melibatkan atensi, ingatan, dan motivasi, teori Bandura dilihat dalam kerangka Teori Behavior Kognitif. Teori belajar sosial membantu memahami terjadinya perilaku agresi dan penyimpangan psikologi dan bagaimana memodifikasi perilaku.
7. Aplikasi Teori Behavioristik Terhadap Pembelajarn Siswa
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menerapkan teori behavioristik ialah ciri-ciri kuat yang mendasarinya yaitu :

a. Mementingkan pengaruh lingkungan
b. Mementingkan bagian-bagian
c. Mementingkan peranan reaksi
d. Mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar melalui prosedur
   stimulus respons
e. Mementingkan peranan kemampuan yang telah tebentuk sebelumnya
f. Mementingkan pembentukan kebiasaan melalui latihan dan pengulangan
g. Hasil belajar yang dicapai ialah munculnya perilaku yang diinginkan
2.3 Psikologi Perkembangan Menurut Teori Aliran Humanistis
Humanistis adalah aliran dalam psikologi yang muncul pada 1950-an sebagai reaksi terhadap behaviorisme dan psikoanalisis. Aliran ini secara eksplisit memberikan perhatian pada dimensi manusia dari psikologi dan konteks manusia dalam pengembangan teori psikologis.
A. Depinisi
Psikologi humanistis atau disebut juga dengan nama psikologi kemanusiaan adalah suatu pendekatan yang multifaset terhadap pengalaman dan tingkah laku manusia, yang memusatkan perhatian pada keunikan dan aktualisasi diri manusia. Psikologi humanistis dapat dimengerti dari tiga ciri utama, pertama, psikologi humanistis menawarkan satu nilai yang baru sebagai pendekatan untuk memahami sifat dan keadaan manusia. Kedua, ia menawarkan pengetahuan yang luas akan kaidah penyelidikan dalam bidang tingkah laku manusia. Ketiga, ia menawarkan metode yang lebih luas akan kaidah-kaidah yang lebih epektif dalam pelaksanaan psikoterapi.
B. Ciri-ciri dan Tujuan Psikologi Humanistis
Empat ciri psikologi yang berorientasi humanistis (Misiak dan Sexton, 2005) : memusatkan perhatian, menekankan pada kualitas-kualitas, menyandarkan diri pada kebermaknaan, dan memberikan perhatian.
C. Konseling dan Terapi
Kunci dari pendekatan ini adalah pertemuan antara terapis dan klien dan adananya kemungkinan untuk berdialog. Hal ini sering kali berimplikasi terapis menyingkirkan aspek patalogis dan lebih menekankan pada aspek sehat dari seseorang. Tujuan dari kebanyakan terapi humanistis ialah untuk membantu klien mendekati perasaan yang lebih kuat dan sehat terhadap diri sendiri. Semua ini adalah bagian dari motivasi psikologi humanistis untuk menjadi ilmu dari pengalaman manusia, yang mempokuskan pada pengalaman hidup nyata dari seseorang.
2.4 Psikologi Perkembangan Menurut Teori Aliran Kognitif
A. Teori Belajar Piaget
Dalam pandangan Piaget, pengetahuan datang dari tindakan, perkembangan kognitif sebagian besar bergantung pada seberapa jauh anak aktif memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam hal ini guru adalah pasilitator dan buku sebagai pemberi informasi. Piaget menjabarkan implikasi teori kognitif pada pendidikan yaitu (1) memusatkan perhatian kepada cara berpikir atau proses mental anak, tidak sekedar kepada hasilnya. (2) mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatan aktif dalam kegiatan belajar. (3) memaklumi akan adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan perkembangan. (4) mengutamakan peran siswa untuk saling berinteraksi.
B. Teori Belajar Vygotsky
Menurut teori Vygotsky, fungsi kognitif berasal dari interaksi sosial masing-masing individu dalam konsep budaya. Sedangkan teori vygotsky yang lain adalah “scaffolding” yaitu memberikan kepada seorang anak sejumlah besar bantuan selama tahap-tahap awal pembelajaran dan kemudian mengurangi bantuan ini dan memberikan kesempatan kepada anak ini mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar setelah ia mampu mengerjakan sendiri.
Vygotsky menjabarkan implikasi utama teori pembelajarannya yaitu: (1) menghendaki setting kelas kooperatif, sehinnga siswa dapat berinteraksi dan saling memunculkan strategi-strategi pemecahan masalah yang epektif. (2) pendekatan vygotsky dalam pembelajaran menekankan scappolding. Jadi teori belajar vygotsky adalalah salah satu teori belajar sosial sehingga sangat sesuia dengan model pembelajaran kooperatif karena dalam model pembelajaran kooperatif terjadi interaksi sosial yaitu interaksi antara siswa dan siswa dan antara siswa dan guru dalam usaha menemukan konsep-konsep dan pemecahan masalah.
TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF
Piaget membagi skema yang digunakan anak untuk memahami dunianya melalui empat periode utama yang berkolerasi dengan dan semakin canggih seiring pertambahan usia :
·         Tahapan sensorimotor (usia 0-2 tahun)
·         Tahapan pra-operasional (usia 2-7 tahun)
·         Tahapan operasional konkrit (usia 7-11 tahun)
·         Tahapan operasional formal (usia 11 sampai dewasa)

A. Tahapan Sensorimotor
Tahapan sensorimotor adalah tahapan pertama dari empat tahapan. Piaget berpendapat bahwa tahapan ini menandai perkembangan kemampuan dan pemahaman spasial penting dalam enam sub-tahapan:
1. sub-tahapan skema repleks
2. sub-tahapan fase reaksi sirkular primer
3. sub-tahapan fase reaksi sirkular sekunder
4. sub-tahapan koordinasi reaksi sirkular sekunder
5. sub-tahapan fase reaksi sirkular tersier
6. sub –tahapan awal representasi simbolis
B. Tahapan Pra Operasional
Pemikiran pra-operasional dalam teori piaget adalah prosedur melakukan tindakan secara mental terhadap objek-objek. Ciri-ciri dari tahapan ini adalah operasi mental yang jarang dan secara logika tidak memadai. Anak dapatmengklasipikasikan objek menggunakan satu ciri, seperti mengumpulkan semua benda merah walau bentuknya berbeda-beda atau mengumpulkan semua benda bulat walau warnanya berbeda-beda.
C. Tahapan Operasional Konkrit
Proses penting selama tahapan ini antara lain :
Pengurutan : kemampuan untuk mengurutkan objek menurut ukuran bentuk atau ciri lainnya.
Klasifikasi : kemampuan untuk memberi nama dan mengidentipikasi serangkain benda menurut tampilannya, ukurannya atau karakteristik lain.
Decentering : anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suantu permasalahan untuk bisa memecahkannya.
Reversibility : anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah, kemudian kembali ke keadaan awal.
Konservasi : memahami bahwa kuantitas, panjang atua jumlah benda-benda lain ialah tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda ini.
Penghilangan sifat egosentris : kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain.



D. Tahap Operasional Formal
Tahap operasi formal ialah periode terakhir perkembanagn kognitif dalam teori piaget. Beberapa orang tidak sepenuhnya mencapai perkembangan sampai pada tahap ini, sehingga ia tidak mempunyai keterampilan berpikir sebagai seorang dewasa dan tetap menggunakan penalaran dari tahap operasional konkrit.
A. Informasi umum mengenai tahapan-tahapan
Keempat tahapan tersebut memiliki ciri-ci sebagi berikut:
1. Walau tahapan-tahapan itu dapat dicapai dalam usia bervariasi tetapi    
                urutannya selalu sama. Tidak ada tahapan diloncati dan tidak ada urutan
                            yang mundur.
2. Universal (tidak terkait budaya)
3. Dapat digeneralisasi
4. Tahapan-tahapan tersebut berupa keseluruahan yang terorganisasi secara    
     logis
5. Urutan tahapan-tahapan bersifat hierarkis
6. Tahapan merepresentasikan perbedaan secara kualitatif dan berpikir
B. Proses Perkembangan
                 Mencakup tiga hal yakni skema, asimilasi, akomodasi dan ekuilibrum.
C. Isu dalam Perkembangan Kognitif
                 Isu utama dalam perkembangankognitif serupa dengan isi    
                 perkembangan psikologi secara umum.
D. Tahapan Perkembangan
1. Perbedaan kualitatif dan kuantitatif
2. kontinuitas dan diskontinuitas
3. homogenitas dari fungsi kognisi
E. Natur dan Nurtur
     Nativisme mempercayai bahwa pada kemampuan otak manusia sejak lahir telah   
     dipersiapkan untuk tugas-tugas kognitif. Empirisme mempercayai bahwa
     kemampuan kognisi merupakan hasil dari pengalaman.
p.  Stabilitas dan Kelenturan dari Kecerdasan
G. Sudut pandang lain
     Teori perkembangan kognitif neurosains, kontruksi pemikiran-sosial, dan Theory  
     of Mind.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pada teori-teori psikologi perkembangan tentang empat teori psikologi yaitu Psikoanalisis, Behaviorisme, Humanistis dan teori Kognitif. Teori kognitif mempunyai hubungan yang sama yaitu mempelajari tingkah laku dan proses mental, tetapi dengan cara yang berbeda-beda. Seperti pada pendekatan kognitif menekankan bahwa tingkah laku adalah proses mental, di mana individu aktif dalam menangkap, menilai, membandingkan dan menanggapi. Pada pendekatan psikoanalisis meyakini bahwa kehidupan individu sebagian besar dikuasai oleh alam bawah sadar. Behaviorisme menganalisis hanya perilaku yang tampak saja, yang dapat diukur, dilukiskan dan diramalkan. Sementara humanistis itu sendiri reaksi terhadap behaviorisme dan psikoanalisis.
3.2 Saran
Kami memiliki beberapa saran yang mungkin dapat berguna. Adapun saran ini sebagai berikut:
1. Sebelum mempelajari teori psikologi perkembangan, perhatian berawal pada 
    pemahaman yang mendalam bukan hanya melalui pandangan-pandangan yang  
    belum dibuktikan.
2. Dalam hal mempelajari perkembangan manusia dengan lebih mendasar dengan
    jangkauan yang lebih kecil, karena membicarakan sudut pandang tersebut dari
    sudut pandang psikologi.














Tidak ada komentar:

Posting Komentar